Fakta KAKereta ApiSejarah KA

KA Prambanan Ekspres Yogyakarta-Solo: Sejarah, Kenangan, dan Galeri

KRDE Prambanan Ekspres Prameks
Ilustrasi KRDE Prambanan Ekspres (Prameks) | Foto: RED/Saddam Hasan

Layanan KA Prambanan Ekspres di lintas Yogyakarta-Solo telah digantikan oleh KRL sejak GAPEKA 2021. Meskipun KA ini masih beroperasi dengan relasi yang diperpendek yaitu Kutoarjo-Yogyakarta, tetapi kehadirannya tidak lagi sama. Kehadiran KA ini di lintas Yogyakarta-Solo telah meninggalkan banyak sekali kenangan baik bagi para penggunanya yang dikenal sebagai Pramekers, ataupun bagi para pecinta kereta api atau railfans. Tak terkecuali bagi Tim REDaksi yang juga banyak memiliki kenangan bersama KA ini.

Pemandangan lintas wilayah Yogyakarta-Solo pun juga sudah tidak lagi sama. Lintas yang dulunya tidak terlektrifikasi, saat ini telah terelektrifikasi seutuhnya sejak Desember 2020. Kehadiran tiang-tiang listrik aliran atas telah mengubah penampilan lintas ini untuk selamanya.

Mumpung masih baru beberapa hari lalu, Tim REDaksi ingin mengajak pembaca yang mungkin Pramekers ataupun penggemar Prameks untuk bernostalgia sejenak dengan KA Prameks. Bagi yang mungkin belum pernah menaiki KA Prambanan Ekspres di Yogyakarta-Solo ataupun melihat wilayah ini saat belum terelektrifikasi, mungkin tulisan ini akan bisa memberi gambaran bagaimana lintas ini terlihat di masa lalu.

Perkembangan Armada

MCW300 Prameks
KRDH seri MCW302 yang dulu menjadi andalan KA Prameks | Foto: RED/Muhammad Pascal Fajrin

KA Prambanan Ekspres yang dikenal dengan singkatan Prameks adalah salah satu KA Komuter yang kehadirannya terkenal di jaringan perkeretaapian Indonesia. Resmi diluncurkan pada 20 Mei 1994 lalu, awalnya KA dengan relasi Yogyakarta-Solo ini menggunakan rangkaian idle KA Senja Utama Solo dengan 4 kereta bisnis ini melakukan 3 perjalanan dalam sehari. Jumlah perjalanan ini pun kemudian berkembang hingga menjadi 5 perjalanan dalam sehari. Pada tahun 1998, KRD seri MCW pun masuk ke layanan KA Prameks, memulai sejarah panjang penggunaan KRD pada KA ini.

Meskipun demikian, sesungguhnya cikal bakal KA Prameks ini sudah ada sejak tahun 1963. Saat itu PJKA membeli 7 unit KRD MCDW-300 yang dikenal sebagai Kuda Putih yang melayani rute Yogyakarta-Solo. KRD dengan bodi stainless steel ini sayangnya hanya beroperasi hingga sekitar tahun 1980 lantaran kesulitan suku cadang. Salah satu dari kereta Kuda Putih yang berhasil dipreservasi saat ini dapat dilihat di sisi timur Stasiun Lempuyangan Yogyakarta.

KRD Kuda Putih
KRD Kuda Putih yang saat ini dipreservasi di Lempuyangan, 2014 | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Layanan KA Prameks ini kemudian berkembang pada tahun Maret 2006 dengan pengadaan satu rangkaian KRDE hasil modifikasi KRL BN-Holec tahun 2005. Sedang pada tahun 2008, armada KA Prameks pun berkembang lagi dengan pengadaan dua rangkaian KRDE hasil modifikasi KRL BN-Holec tahun 2007. Di antara ketiga armada ini, hanya satu yang masih bertahan hidup sebagai KRDE AC hasil modifikasi Balai Yasa Pengok. Rangkaian konversi tahun 2005 tidak beroperasi sejak sekitar 2014 lalu, sedang satu rangkaian konversi 2007 tidak beroperasi setelah anjlok sampai “terbang” di Kalasan pada 2012 lalu.

KRDE Prameks 2007
KRDE buatan tahun 2007 di Stasiun Solo Balapan pada saat peresmian, Februari 2008 | Foto: Laksana Gema Perdamaian

Perkembangan Rute dan Layanan

KA Prambanan Ekspres di Prembun
KA Prambanan Ekspres saat berada di Stasiun Prembun, 2015 | Foto: Rizki Bayu Aji

Pada dasarnya, KA Prameks setia melayani rute Yogyakarta-Solo sejak kelahirannya. Namun mulai 2007, KA Prameks ini rutenya diperpanjang rutenya hingga Stasiun Kutoarjo. Perpanjangan rute ini kemudian bertahan hingga 9 Februari 2021 lalu. Selain itu, KA Prameks pernah diperpanjang rutenya hingga ke Stasiun Palur hingga 2010 sebelum diperpendek kembali ke Solo Jebres, dan pada 2013, diperpendek lagi ke Solo Balapan.

Pada masa angkutan lebaran tahun 2015, KA Prameks pun juga sempat diperpanjang ke Stasiun Prembun, satu stasiun di barat Kutoarjo. Perpanjangan ini sifatnya hanya sementara yaitu antara 7 Juli hingga 1 Agustus 2015 lalu. Saat perpanjangan rute ini berakhir, banyak pengguna yang mengaku kecewa karena animo pengguna dari stasiun ini ternyata cukup besar.

Selain itu, pada tahun 2009 lalu PT KAI pernah mengujicobakan rangkaian KA Prameks Eksekutif. KA Prameks Eksekutif ini berjalan pada Juli dengan menggunakan idle KA Argo Lawu. KA Prameks Eksekutif kala itu beroperasi nonstop dari Stasiun Yogyakarta hingga Solo Balapan. Meski demikian, jika lebih dari 10 orang yang meminta berhenti, maka KA ini akan berhenti di stasiun lain seperti Purwosari. Layanan KA Prameks Eksekutif ini tidak lagi terdengar namanya, dan sekarang perannya diisi oleh tarif khusus KA jarak jauh yang cukup banyak di lintas Yogyakarta-Solo.

KA Prameks Eksekutif, 2009 | Video: AWK Railway Channel

Dengan perkembangan rute pun, jumlah pengguna KA Prameks semakin meningkat. Pada tahun 2004, KA Prameks mengangkut 965.232 pengguna. Sedang pada tahun 2007, jumlah perjalanan bertambah menjadi 10 kali di relasi Yogyakarta-Solo. Jumlah pengguna pun meningkat menjadi 1.197.592 orang. Pada 2009, pengguna Prameks bisa mencapai 2,6 juta orang. Maju ke tahun 2016, jumlah pengguna KA Prameks sebanyak 2.973.891 orang, lalu kemudian 3.650.144 orang pada 2017, dan 3.940.671 orang pada 2018. Jumlah pengguna KA Prameks tidak pernah anjlok sampai pandemi COVID-19 melanda pada Maret 2020 lalu.

Peningkatan jumlah pengguna juga berarti peningkatan jumlah perjalanan dalam sehari. Pada tahun 2010 jumlah perjalanan KA Prameks sempat menembus 22 perjalanan dalam sehari. Namun 2011 jumlah ini berkurang drastis menjadi 15 dan kemudian 10 perjalanan saja dalam sehari dengan alasan sarananya dalam perawatan. Terakhir pada GAPEKA 2019, jumlah perjalanan KA Prameks adalah sebanyak 21 perjalanan dalam sehari, dengan 4 perjalanan dari Kutoarjo.

Prameks pun Tidak Sendirian

KA Sriwedari semasa belum menjadi bagian Prameks, 2014 | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Selain KA Prameks, terdapat sejumlah KA lain yang menjadi “teman main” Prameks. Di lintas ini juga terdapat KRD Madiun Jaya dan Madiun Jaya AC yang dilayani KRDI non-AC buatan 2009 dan KRDI AC buatan 2011. Kemudian ada juga KA Sriwedari yang pertama kali beroperasi pada 5 November 2012 menggunakan armada C-KRDE eks KRL BN-Holec hasil konversi 2012. Lalu juga ada KA Sidomukti yang berjalan saat akhir pekan atau liburan yang menggunakan idle KA Senja Utama Solo, persis dengan saat kelahiran KA Prameks. Dan terakhir, ada KA Solo Ekspres yang menggunakan KRDE  kelas Eksekutif buatan INKA tahun 2018.

KRD Prameks eks Madiun Jaya non-AC
KRD Prambanan Ekspres eks KA Madiun Jaya non-AC | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

KA Madiun Jaya dengan KRDI bertahan hingga tahun 2016. Rangkaian KRDI non-AC yang dulunya sempat menjadi armada utama Madiun Jaya pada akhirnya bergabung menjadi armada KA Prameks. Sedangkan KA Sriwedari bertahan hingga Juli 2015 menyusul kebijakan satu tarif yang diterapkan PT KAI Daop 6. Akibatnya, KA Sriwedari pun dirasionalisasi menjadi bagian KA Prameks juga. Sedangkan KA Sidomukti dan Solo Ekspres bertahan hingga pemberlakuan GAPEKA 2019 pada 1 Desember 2019 silam. KA Sidomukti dihapus karena perubahan pola operasi KA Senja Utama Solo, sementara KA Solo Ekspres rangkaiannya digunakan menjadi KA Bandara YIA/Adi Soemarmo.

KRDE Solo Ekspres
KRDE Solo Ekspres saat masih melayani rute Solo Balapan-Kutoarjo di Purwosari, 2019 | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Meskipun kemudian KA Prameks memiliki sejumlah “teman” selama hidupnya, tetapi ceritanya pun tidak selamanya mulus. Bagaimana kisahnya? Simak di halaman selanjutnya bersama dengan bagaimana elektrifikasi lintas ini pun dimulai.

Halaman Selanjutnya
Halaman Sebelumnya

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Pages ( 1 of 6 ): 1 23456Berikutnya »

Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×