Yuk Intip Bahasan FGD DTKJ tentang Operasional Stasiun Manggarai!
REDigest.web.id, 5/7 – Pada Rabu lalu (29/6) pukul 13.00 WIB, Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) mengenai Rencana Penataan Operasional Stasiun Manggarai. Haris Muhamaddun sebagai Ketua DKTJ dan Sigit Wijatmoko selaku Wakil Dinas Perhubungan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta membuka FGD ini. Haris berharap perubahan operasional yang telah dilakukan mampu meningkatkan daya angkut penumpang sebanyak dua kali lipat hingga dapat memindahkan mobilitas masyarakat dari kendaraan pribadi menjadi transportasi umum.
Di sisi lain, Sigit menekankan pentingnya Stasiun KAI Manggarai sebagai simpul transportasi kereta api karena merupakan stasiun sentral terbesar di Indonesia. Maka daripada itu, sangat perlu ada komunikasi dan kolaborasi antar pihak yang berkaitan untuk menciptakan inovasi dan kreativitas sekaligus menghindari ketidakharmonisan dan permasalahan.
Masih penasaran dengan paparan FGD tentang Stasiun Manggarai? Simak terus ulasan ini hingga tuntas!
Pemaparan oleh DJKA Kemenhub
Harno Trimadi sebagai Direktur Prasarana Perkeretaapian pada Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Republik Indonesia membuka Pembahasan presentasi ini. Pada awalnya, Harno berupaya menyamakan persepsi masyarakat dengan menyatakan bahwa Manggarai bukan hanya bagian dari sistem transportasi kereta api di Jabodetabek. Melainkan juga merupakan simpul dari seluruh transportasi umum di wilayah tersebut.
Alasan pemilihan Manggarai sebagai stasiun sentral berdasarkan pada data milik DJKA yang melaporkan adanya pergerakan penumpang dalam jumlah besar ke arah Bekasi. Di sana terdapat banyak perumahan dan industri dalam skala besar, terlebih lagi Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) juga datang dari arah itu.
Pemisahan Arus Kereta di Stasiun Manggarai
Adapun kebijakan pemisahan jalur antara Commuter Line (CL) dan KAJJ terpengaruh oleh pengalaman keterlambatan kereta komuter PT KAI Divisi Jabotabek (dahulu layanannya bernama ‘KRL’ Ekonomi dan ‘KRL’ Ekonomi AC) selama setengah jam yang membuat penumpang harus meminta surat keterlambatan kepada Kepala Stasiun (KS) untuk mencegah pemotongan gaji oleh tempat kerjanya. Pertimbangan lainnya ialah banyaknya penyeberangan penumpang di stasiun melalui rel (crossing-an) dan perlintasan sebidang‒atau familier memiliki sebutan sebagai palang pintu oleh masyarakat‒di sepanjang jalur Manggarai–Bekasi yang mengakibatkan penurunan batas kecepatan (taspat) maksimal kereta api yang melintas pada jalur tersebut.
Rencana proyek pemisahan jalur sebenarnya telah ada sejak tahun 2005 silam, namun pengerjaan baru bermulai pada 2015. Perkiraan awalnya, proyek ini akan selesai dalam lima tahun atau pada tahun 2020, namun karena keterlambatan akibat pandemi Covid 19 maka penyelesaian proyek ini terpaksa mundur dari jadwal. Apabila tidak ada permasalahan lebih lanjut maka proyek ini harapannya akan selesai pada tahun 2025. Saat ini, sisi barat Stasiun KAI Manggarai yang difungsikan untuk mengintegrasikan CL dengan Transjakarta (TJ) telah selesai pengerjaan. Sedangkan PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ) sedang mengerjakan sisi timur yang menjadi ‘muka stasiun’.
Permasalahan di Stasiun Manggarai
Mengenai permasalahan-permasalahan pada Stasiun KAI Manggarai yang selama ini menjadi topik pembicaraan di kalangan pengguna kereta api, Harno mengakui apabila pengembangan stasiun ini berdasarkan penelitian lama yakni Studi Detail Engineering Design (DED) dari Japan International Cooperation Agency (JICA) tahun 2005 dan 2012 sehingga DJKA tidak memperkirakan keramaian Stasiun KAI Manggarai saat ini. Permasalahan terbesar selama ini yang menganggu pergerakan penumpang CL ialah eskalator dan lift yang telah terpasang pada Stasiun KAI Manggarai untuk menghubungkan lantai dasar dengan lantai satu dan lantai satu dengan lantai dua.
Pada kesempatan ini, Harno menyatakan apabila ini merupakan kali pertama DJKA menyiapkan prasarana pendukung stasiun. Pihaknya mengklaim spek yang untuk eskalator dan lift tersebut telah sesuai dengan peruntukannya yakni pengguna transportasi umum. Namun, eskalator tersebut telah terpasang pada tahun 2016 dan 2017 dan baru digunakan belakangan ini. Peralihan Switch Over (SO) 5 yang membutuhkan waktu lama menyebabkan eskalator tidak kunjung digunakan. Ketika eskalator tiba-tiba mendapat beban besar saat SO 5 diberlakukan, eskalator tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Sementara itu, Stasiun KAI Manggarai juga memiliki permasalahan lainnya seperti tiang beton (kolom) penyangga lantai satu dan lantai dua stasiun yang terlalu besar sehingga mengurangi lebar peron pada lantai dasar dan membuat blok taktil untuk penyandang disabilitas menjadi terganggu. DJKA menyatakan akan memperbaiki masalah ini dengan mengikutsertakan sembilan orang disabilitas yang saat ini menjadi pegawai Kemenhub.
Pada kesempatan ini, Harno juga mengutarakan beberapa rencana yang mungkin akan pihaknya wujudkan di masa mendatang seperti pengoperasian KAJJ dari arah Stasiun Bogor menuju Stasiun KAI Manggarai maupun penyatuan Stasiun KAI Karet dengan Stasiun KAI Sudirman Baru/ BNI City. Rencananya, Stasiun KAI BNI City akan mendapat perpanjangan, sementara Stasiun KAI Karet akan tutup. Dengan begitu, penumpang yang akan menuju ke Jalan K.H. Mas Mansyur dapat turun di Stasiun KAI BNI City dan berjalan pada akses pejalan kaki ke arah wilayah yang nantinya akan menjadi ‘bekas’ Stasiun KAI Karet.
Pemaparan KAI Commuter
Wawan Ariyanto selaku Direktur Operasi dan Pemasaran PT Kereta Commuter Indonesia (KCI)/ KAI Commuter melanjutkan pemaparan pada FGD Stasiun Manggarai ini. Menurutnya, proyek Jalur Dwiganda/ Double-double Track (DDT) dan pemberlakuan SO 5 pun berlaku untuk menunjang rencana KAI Commuter dalam mewujudkan target mengangkut 2 juta penumpang per-hari dari 1,2 juta penumpang ketika SO 5 belum berlaku.
Headway atau sela jarak antar kereta pada jalur Cikarang/ Bekasi harapannya berkurang menjadi setiap lima menit sementara sela untuk jalur Bogor diharapkan menjadi tiga menit sekali. Namun, sela jalur Bogor akhirnya bertambah menjadi 5 menit sekali karena adanya masalah pelangsiran KAJJ di Gambir. Hal ini menyebabkan ada tiga sampai empat rangkaian Commuter Line terpaksa mengantre untuk bergantian masuk Stasiun Gambir.
Mengenai taspat sebelum SO 5, CL pada Jalur Cikarang – Manggarai hanya dapat berjalan maksimal 70 km/ jam. Sementara sejak SO 5 berlaku, taspat CL pada jalur tersebut meningkat menjadi 90 km/ jam (kenyataan di lapangan adalah 95 km/jam-Tim REDaksi). Hal ini berguna untuk mengimbangi taspat KAJJ yang telah mendapat peningkatan terlebih dahulu. Walau begitu, proses ini tidak lepas dari masalah karena nyatanya CL jalur Cikarang/ Bekasi yang menuju Stasiun KAI Manggarai dari Stasiun KAI Jatinegara atau Stasiun KAI Tanah Abang dan sebaliknya tetap harus antre untuk menunggu pergantian jalur di Stasiun KAI Manggarai.
Permasalahan ini menurutnya akan selesai pada masa pemberlakuan SO 6 melalui pengaktifan kembali jalur 3 dan 4 Stasiun KAI Manggarai‒yang saat ini tengah dalam proses pembangunan. Pada SO 6, CL dari arah yang berlawanan dapat masuk bersamaan meskipun tidak dapat berangkat secara berbarengan. Pada SO 7, empat rangkaian CL dengan tujuan berbeda‒seperti Bogor, Gambir (atau Jakarta Kota), Tanah Abang (atau Kampung Bandan), dan Jatinegara (atau Bekasi/ Cikarang)‒dapat masuk dan berangkat secara bersama-sama. Dengan begitu, penumpang yang akan melakukan transit di Stasiun KAI Manggarai akan lebih mudah. Adapun SO 7 akan berlaku pada tahun 2023 sementara SO 8 pada tahun 2025 mendatang.
Ketersediaan Rangkaian KRL Commuter Line
Saat ini, suplai rangkaian CL untuk perjalanan dari jalur Bogor dan Bekasi menurut KAI Commuter lumayan aman. KAI Commuter telah berhasil menjalankan kereta dengan stamformasi (SF) 12 kereta dan 10 kereta (SF 10) pada rute Bekasi/ Cikarang – Kampung Bandan PP dan Bekasi/ Cikarang – Angke PP. KAI Commuter menyebutkan hal ini karena CL SF 12 ketika rute lingkar (loop line) Bogor – Jatinegara masih dijalankan sebelumya tidak dapat melalui trase Sudirman – Tanah Abang – Duri- Angke – Kampung Bandan – Pasar Senen – Jatinegara (atau sebaliknya).
Tim REDaksi mencatat penjelasan dari KAI Commuter tidak sepenuhnya faktual. Sebelumnya KAI Commuter sudah sempat melakukan uji coba pengoperasian CL SF12 di Lin Lingkar. Uji coba ini telah berlangsung sejak Maret silam di mana KRL SF 12 rutin beroperasi di Lin Lingkar sebelum SO 5.
Baca juga: KAI Commuter Operasikan KRL SF12 di Lin Lingkar
Sebenarnya KAI Commuter berencana untuk memberangkatkan semua perjalanan CL dari Bekasi dengan armada SF 12 namun salah satu stabling‒atau tempat istirahat kereta‒yang ada di Cikarang tidak mencukupi panjang rangkaian kereta SF 12. Pengoperasian CL SF 12 dan SF 10 di Jalur Cikarang menyebabkan tidak perlu lagi CL SF 8 di sana, sehingga operasionalnya berpindah ke Jalur Bogor. Akibatnya, sebagian armada harian di Jalur Bogor memendek menjadi 10 (SF 10) dan delapan (SF 8) kereta.
Berdasarkan pengamatan Tim REDaksi sendiri, memang armada SF 12 di Lin Bogor menjadi tidak sebanyak dulu sejak adanya SO 5. Sejak ini, permasalahan utama yang KAI Commuter hadapi ialah CL SF 8 yang mereka akui tidak dapat hilangkan karena armada yang mereka miliki akan berkurang secara signifikan.
Tampak pada gambar di atas apabila jumlah rangkaian SF 8 akan terus berkurang dari 19 rangkaian pada 2022 menjadi hanya 9 rangkaian pada 2023 hingga 2025. Jumlah rangkaian SF 10 dari 2021 hingga 2025 berjumlah sama yakni 47 rangkaian. Adapun jumlah rangkaian SF 12 akan mengalami peningkatan signifikan. Rinciannya adalah dari 43 rangkaian pada 2022 menjadi 80 rangkaian pada 2023, 82 rangkaian pada 2024, dan 98 rangkaian pada 2025.
Pemaparan oleh Dinas Cipta Karya DKI Jakarta
Berikutnya Merry Morfosa sebagai Kepala Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Ruang Kota pada Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta melakukan pembahasan tata ruang di sekitar Stasiun KAI Manggarai. Seperti Harno Trimadi, Merry Morfosa menyetujui untuk melihat wilayah di sekitar Stasiun KAI Manggarai sebagai kawasan transit bagi pengguna berbagai moda transportasi umum. Radius transit yang diperkirakan memiliki luas 400-800 meter agar dapat menjadikannya sebagai simpul integrasi dari Stasiun KAI Manggarai, Terminal Manggarai, Halte Transjakarta Stasiun Manggarai, Stasiun KAI LRT Jabodebek, dan sebagainya.
Selain itu, pada wilayah itu juga akan ada pembangunan kawasan campuran dalam bentuk Kawasan Berorientasi Transit (KBT) atau Transit Oriented Development (TOD). Beberapa komponen pendukungnya terdiri dari hotel, apartemen, rumah sakit, pusat perbelanjaan, Ruang Terbuka Hijau (RTH), dan sebagainya. Rencananya, setiap bangunan ini akan terhubung dengan stasiun, terminal, ataupun halte di sekitarnya melalui jaringan trotoar.
Permasalahan Lahan di Stasiun Manggarai
Salah satu permasalahan yang mengganjal ialah mengenai kepemilikan tanah di sekitarnya. Saat ini, rumah warga yang tidak memiliki sertifikat tanah mendominasi area di dekat Stasiun KAI Manggarai. Rencananya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI akan memindahkan warga tanpa sertifikat ke dalam bangunan rumah susun yang pihaknya akan bangun pada wilayah yang sama.
Melalui rencana ini harapannya wilayah di sekitar KBT Manggarai akan lebih tertata dengan banyak area terbuka. Sementara masyarakat dapat tetap tinggal di wilayah yang dekat dengan akses transportasi umum (people near transit). Harapannya semua pihak yang berkepentingan bekerja sama dalam membangun proyek ini.
Upaya Mengurangi Kendaraan Pribadi di Stasiun Manggarai
Demi mendukung keberhasilan pengembangan tersebut, parkir kendaraan pribadi (kenpri) seperti mobil dan sepeda motor hanya akan tersedia sebanyak 50 persen dari luas seharusnya. Pengurangan ini termasuk bagi mereka di masa depan yang menumpang kenpri ke Stasiun KAI Manggarai untuk mengunakan layanan KAJJ. Harapannya, masyarakat agar memiliki keinginan untuk meninggalkan penggunaan kenpri dan beralih menggunakan transportasi umum (transum). Apabila jaringan transum telah melingkupi seluruh wilayah di Provinsi DKI Jakarta maka persentase parkir kenpri di KBT Manggarai akan semakin berkurang menjadi di bawah 50 persen.
Pemaparan oleh Bidang Perkeretaapian Dinas Perhubungan DKI Jakarta
Renny Dwi Astuti selaku Kepala Bidang Perkeretaapian Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta mendapat giliran presentasi berikutnya pada FGD tentang Stasiun Manggarai ini. Pemaparannya lebih banyak berkisar kepada peran JakLingko Indonesia dalam mengintegrasikan pembayaran berbagai layanan moda transportasi di Jabodetabek. Di antaranya adalah KAI Commuter (CL), Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, TransJakarta, Light Rapid Transit (LRT) Jakarta, dan KAI Bandara (Raillink). Untuk itu, pembaca dapat membaca artikel sejenis yang telah terbit sebelumnya, dan menonton video penggunaan kartu transportasi dan aplikasi JakLingko.
Baca juga:Â Yuk Jajal Aplikasi JakLingko Bersama DKP GM-MarKA!
Pemaparan oleh Dewan Pengurus Daerah Persatuan Tunanetra Indonesia
Selanjutnya Ajad Sudrajad yang merupakan Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) DKI Jakarta melakukan presentasi. Menurutnya, pelayanan KAI Commuter dalam akses penyandang disabilitas saat ini sudah lebih baik daripada sebelumnya. Difabel akan difoto sebelum berangkat dari stasiun awal dan terus dipantau hingga datang ke stasiun tujuannya. Ajad mengakui ramp atau papan jalan kursi roda yang menghubungkan permukaan peron dengan permukaan lantai kereta sangatlah perlu untuk memudahkan akses naik dan turun CL.
Saat ini, Stasiun KAI Manggarai telah memiliki ramp namun hanya tersedia satu saja sehingga petugas harus mencarinya terlebih dahulu. Ia juga menyampaikan keluhan penyandang disabilitas mengenai penempatan blok taktil di stasiun (maupun peron) yang letaknya memutar. Blok taktil seharusnya lurus agar tidak membingungkan penyandang disabilitas yang akan menggunakan layanan CL. Untuk itu, Ajad kembali mengingatkan slogan populer pada tahun 1998 yang berbunyi ‘Jangan membicarakan disabilitas tanpa disabilitas’.
Pemaparan oleh PT TransJakarta
Moehammad Shadiq Helmy Oemar sebagai Ketua Divisi Pelayanan PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) meneruskan paparan. Untuk mengubah fokus perusahaan, TransJakarta telah mengubah slogan dari ‘BRT Terbesar di Dunia’ menjadi ‘Menghubungkan Kehidupan Jakarta’. Harapan dari perubahan slogan perusahaan ini agar dapat menjadi layanan penghubung dari moda transportasi lainnya. Selama ini terdapat beberapa koneksi TransJakarta di sekitar Stasiun KAI Manggarai. Seperti misalnya di pintu timur stasiun‒yakni Halte Transjakarta Stasiun Manggarai‒dan di pintu barat stasiun‒berupa Halte Terminal Manggarai‒yang terhubung dengan Pasar Raya Manggarai.
Pada pagi hari, banyak pengguna CL dari Stasiun KAI Manggarai yang melanjutkan perjalanannya ke tempat tujuan dengan Bus Rapid Transit (BRT). Oleh karenanya, TJ tengah berupaya untuk mengantisipasi apabila CL telah dapat mengangkut dua juta penumpang dalam sehari. TransJakarta berupaya melalui kegiatan pemetaan pergerakan penumpang pada stasiun integrasi secara bersama dengan KAI Commuter selaku operator CL. Terlebih lagi, TJ mengakui headway atau sela waktu kedatangan bus yang berbeda yakni 5 menit di waktu sibuk dan 10 menit di waktu lengang untuk BRT dan 10 menit sibuk dan 20 menit lengang untuk non-BRT.
Berikut adalah paparan FGD mengenai kesiapan Stasiun Manggarai oleh DTKJ. Tampak dari paparan ini semua pihak mengupayakan agar Stasiun Manggarai dapat mengintegrasikan berbagai moda ke depannya. (RED/AFD)
Daftar Sumber
Ariyanto, W. (2022, Juni 29). Rencana Penataan Operasional Stasiun Manggarai. Presentasi dipaparkan pada Forum Group Discussion (FGD) Rencana Penataan Operasional Stasiun Manggarai, disiarkan daring melalui Zoom.
Morfosa, M. (2022, Juni 29). Ketentuan Kawasan Berbasis Transit pada Kawasan Stasiun Manggarai berdasarkan Muatan Ranpergub tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Provinsi DKI Jakarta. Presentasi dipaparkan pada Forum Group Discussion (FGD) Rencana Penataan Operasional Stasiun Manggarai, disiarkan daring melalui Zoom.
Sudrajat, A. (2022, Juni 29). Stasiun Central Manggarai Ramah Disabilitas, Sudahkah?. Presentasi dipaparkan pada Forum Group Discussion (FGD) Rencana Penataan Operasional Stasiun Manggarai, disiarkan daring melalui Zoom.
Trimadi, H. (2022, Juni 29). Rencana Pembangunan dan Optimalisasi Stasiun Manggarai. Presentasi dipaparkan pada Forum Group Discussion (FGD) Rencana Penataan Operasional Stasiun Manggarai, disiarkan daring melalui Zoom.
Pingback: Presiden Joko Widodo Tinjau Stasiun Manggarai dan LRT Jabodebek