KolomOpini

[OPINI] 98 Tahun Kereta Listrik Indonesia: Meninjau Kembali Opsi Pengadaan KRL Commuter Line Jabodetabek

Retrofit? Sebenarnya Bisa, Tapi…

KRL seri 05 rangkaian 05-104F. Umur KRL seri 05 tidak berbeda jauh dari KRL kebanyakan seri 05, sehingga Tim REDaksi berpendapat untuk KRL seri ini masih masuk akal untuk retrofit. | Foto: RED/Rizki Fajar Novanto

Usulan retrofit sendiri mendapat banyak tanggapan negatif di kalangan pecinta kereta api dan pengamat. Konsensus opini pengamat mengatakan retrofit tidak cocok karena risiko keselamatan. Hal ini karena pengamat menilai kereta uzur jika terus beroperasi bisa patah atau anjlok. Sedangkan pecinta kereta api mengambil contoh KRL Holec AC hasil retrofit yang mereka nilai gagal karena beroperasi sangat sebentar.

KAI Commuter sendiri berekspektasi KRL bekas dapat beroperasi hingga 15 tahun setelah berada di Indonesia. Akan tetapi, sejumlah KRL yang baru beroperasi sekitar 10 tahun, atau mungkin di bawah 10 tahun mengalami gangguan. Selain itu, KRL Commuter Line di Indonesia memiliki rentang usia yang sangat berbeda jauh, tetapi memiliki satu ekspektasi yang sama: 15 tahun, lalu retrofit atau pensiun.

Sebut saja rangkaian 6101F, versus BUD145 dan 05-112F. Rangkaian 6101F adalah rangkaian buatan 1969. Rangkaian ini sudah mendapat retrofit berupa B-Refurbishment pada 199x, termasuk perubahan sistem propulsi dari chopper ke VVVF-IGBT. Kemudian rangkaian 6101F pun pensiun tahun 2016 dan berdinas di Indonesia. Total usianya saat ini sudah 54 tahun.

Sementara itu, rangkaian BUD145, eks KeYo M35 adalah rangkaian buatan 1991 lalu. Rangkaian ini mendapat retrofit oleh JR East saat mutasi dari Jalur Keiyo ke jalur Musashino berupa perubahan sistem propulsi dari rheostatik ke VVVF-IGBT. Kemudian rangkaian KeYo M35 ini pun pensiun dan berdinas di Indonesia sebagai BUD145. Total usianya saat ini sudah 32 tahun.

Skenarionya berbanding terbalik dengan rangkaian 05-112F. Rangkaian 05-112F adalah rangkaian buatan 1991. Rangkaian ini belum pernah mendapat retrofit sebelum pensiun dari Tokyo Metro pada tahun 2011 dan berdinas di Indonesia. Total usianya saat ini baru 32 tahun, tetapi sejak Januari 2022 sudah terdiam di Depo Depok.

Ragam Proses Retrofit

KRL seri 6000 rangkaian 6101F, salah satu KRL yang telah mendapat proses retrofit berupa B-Refurbishment pada tahun 1999. Foto 2020. | Foto: RED/Gilang Fadhli

Proses retrofit sendiri pun memang dapat menyentuh berbagai aspek yang beragam. Ada yang benar-benar penyehatan kembali di mana kondisi rangka dan interior mendapat perbaikan dan/atau perubahan secara menyeluruh sekaligus dengan perbaruan teknologi. Ada juga yang hanya sekadar perbaruan teknologi saja tanpa perubahan menyeluruh di interior.

Kedua contoh yang berbeda ini ditempuh oleh dua operator KRL di Jepang yang menjadi pemasok armada utama KAI Commuter hari ini. Tokyo Metro mengambil langkah pertama, dengan konsep C-Refurbishment dan B-Refurbishment. Proses B-Refurbishment melibatkan penyehatan yang menyeluruh, di mana selain penggantian komponen propulsi dan traksi, juga terdapat perubahan pada panel interior dan perkuatan pada rangka.

Rangkaian DP103 semasa belum rekomposisi menjadi SF8, 2020. Rangkaian ini merupakan satu dari sejumlah rangkaian yang memiliki kereta motor dengan propulsi hasil retrofit dari rheostatik ke VVVF-IGBT. | Foto: RED/Gilang Fadhli

Sedangkan JR East mengambil langkah kedua, di mana hanya sejumlah KRL seri 205 untuk Jalur Musashino yang mendapat modifikasi berupa perubahan sistem propulsi dari rheostatik ke VVVF-IGBT. Hal ini lebih karena kondisi JR East yang harus menggunakan komponen traksi ini untuk mengatasi kekurangan kereta motor untuk menghadapi medan Jalur Musashino.

KAI Commuter pun Sudah Mulai Retrofit Komponen Auksiliari

SIV buatan Dawonsys yang terpasang pada rangkaian 6119F | Foto: RED/Rizki Fajar Novanto

Proses retrofit komponen KRL pun sebenarnya telah KAI Commuter lakukan meski dalam skala terbatas. Pasalnya, komponen auksiliari untuk kelistrikan, seperti motor generator (MG) mulai diganti dengan Static Inverter alias SIV. Komponen ini berfungsi untuk menyuplai kelistrikan ke komponen-komponen sekunder KRL seperti misal instrumen kabin dan lampu.

Tercatat rangkaian 6107F, 6119F, BOO62, dan BOO71 telah menggunakan SIV sebagai pengganti dari perangkat MG. Mengutip dari Jabodetabek Commuter News, keempat rangkaian ini menggunakan SIV dari Dawonsys, Korea Selatan. SIV ini memiliki spesifikasi catu daya 20 kvA dan berat 530 kg untuk KRL seri 6000. Sedangkan SIV untuk KRL seri 205 adalah sebesar 250 kvA.

Komentar Tim REDaksi

KRL seri 6000 rangkaian 6107F. Berbeda kasus dengan KRL seri 05, KRL seri ini umurnya sudah 52 tahun, dengan tahun produksi 1971. Apakah KRL setua ini masuk akal untuk retrofit? | Foto: RED/Rizki Fajar Novanto

Tim REDaksi sendiri menilai rencana retrofit secara dasarnya bukan rencana yang buruk. Akan tetapi, sasaran retrofit dan kondisi untuk retrofit ini sendiri yang harus dipikirkan secara matang. Hal ini karena urjensi KAI Commuter yang saat ini mencoba menambah kapasitas sekaligus mengganti kereta yang sudah masuk masa pensiun.

Dalam kasus KAI Commuter, Tim REDaksi memandang proses retrofit lebih baik hanya diterapkan untuk KRL seri 205, dan mungkin seri 05. Hal ini karena umur dari KRL yang masih belum terlalu tua untuk dilakukan peremajaan sistem traksi. Jika KAI Commuter harus meretrofit KRL seri lain yang usianya sudah sekitar 50an tahun, maka kemungkinan biaya dan waktu yang harus keluar akan jauh lebih besar. Proses retrofit ini pun akan menjadi tidak tepat sasaran.

Pertama, setiap proses retrofit harus mengeluarkan rangkaian yang siap beroperasi untuk dilakukan retrofit. Hal ini karena pekerjaan untuk retrofit ini sangat menyeluruh, khususnya jika retrofit ini sifatnya total. Periode ini akan sangat bervariasi tergantung kondisi rangkaian dan ruang lingkup retrofit sendiri. Apakah mengikuti prinsip Tokyo Metro yang menyeluruh, atau prinsip JR East yang hanya meremajakan teknologi.

Kedua, biaya dan waktu pengadaan komponen juga belum tentu efisien. Seluruh komponen baru harus dilakukan pengadaan dan pengiriman. Proses ini juga membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Apalagi jika kemudian banyak sistem yang harus diganti, biayanya bisa saja mendekati KRL baru. Seperti pendapat ahli Peneliti Pusat Kajian Perubahan Iklim dan Pembiayaan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Agunan Samosir , biaya retrofit KRL adalah sebesar 8-11 miliyar.

Ketiga, jika KRL tersebut sudah tua, tentunya akan semakin banyak waktu dan biaya yang keluar. Kemungkinan ini ada karena pengecekan kondisi juga harus semakin menyeluruh. Jika diperlukan perkuatan agar bisa bertahan 10-15 tahun lagi, tentunya proses retrofit akan semakin tidak efisien dilakukan. Apalagi jika diterapkan untuk KRL eks Tokyo Metro 6000 dan 7000 nomor seri awal yang kebanyakan buatan 1971-1972. Bahkan seperti di atas, di tahun 2023 saja rangkaian 6101F sudah memasuki usia 54 tahun!

Keempat, rencana KAI Commuter sesungguhnya adalah mengganti armada yang harus pensiun ini dengan yang lebih besar juga kapasitasnya. Poin ini akan langsung Tim REDaksi bahas pada halaman berikutnya.

Selanjutnya: Peningkatan Kapasitas: Lebih Realistis dengan Impor Bekas

Sebelumnya: Menghitung Penumpang Jabodetabek: Prediksi dan Realita

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Pages ( 3 of 5 ): « Previous12 3 45Next »

Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses