Kereta ApiKolomOpini

[OPINI] Drama LRT Jabodebek: (Gak) Semua Salah INKA!

Rangkaian LRT Jabodebek yang tengah langsir di Dukuh Atas | Foto: RED/Bayu Tri Sulistyo

Artikel di bawah ini adalah opini dari Penulis sebagai anggota Tim REDaksi. Penulisan opini ini tidak mewakilkan pandangan resmi dari keseluruhan Tim REDaksi

REDigest.web.id – Akhir-akhir ini jagat railfaning platform X (Twitter) dan Facebook diributkan dengan masalah demi masalah yang menimpa LRT Jabodebek. Tapi dari semua masalah yang terjadi telunjuk warganet menunjuk ke 1 nama: INKA.

Kualitas kereta yang dinilai buruk oleh berbagai pihak dan histori KRL INKA yang memang sempat terkenal kurang bagus untuk kereta penggerak menjadi alasan disalahkannya INKA atas semua masalah yang terjadi. Tapi rasa-rasanya agak lucu hanya mengkambinghitamkan 1 pihak dalam permasalahan ini. Apalagi sampai masalah yang sebenarnya bukan salah mereka tapi dilimpahkan juga karena jadi korban “propaganda”.

“Terus kalo bukan INKA yang salah, terus siapa yang salah?” Saya tau anda pasti akan bertanya begini. Jawaban saya cukup tegas: semuanya bisa saja berperan. Dari pemerintah pusat, KAI, Adhi Karya, termasuk INKA. “Kok bisa?” Eits, pelan-pelan pak sopir. Seduh dulu kopinya biar kita kupas satu-satu.

Daftar Isi:

  1. Pembuka
  2. Depo Jatimulya
  3. Pemerintah Pusat dan INKA
  4. Adhi Karya dan KAI
  5. Penutup

Halaman Selanjutnya: Depo Jatimulya

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Pages ( 1 of 5 ): 1 2345Berikutnya »

2 komentar pada “[OPINI] Drama LRT Jabodebek: (Gak) Semua Salah INKA!

  • A Samudra

    Intinya, lagi-lagi pengalaman adalah sebuah harga yang mahal.
    Teringat waktu saya dulu bekerja di industri dan diminta manager asal Singapura untuk membuat alat produksi. Saya bilang, divisi kita belum berpengalaman.
    Jawabannya adalah, kalau kamu belum berpengalaman, jadi kapan kalau kali ini kalian menolak?
    Penting adalah skill dan bekal pengetahuan. Dan satu lagi pengalaman.

    Balas
  • Fendy

    Sebenarnya masalah sudah jelas untuk kasus roda aus, mengingat Permen 60 tahun 2012 juga sudah dijelaskan spesifikasi jalan rel untuk tikungan yang memang harus dilebarkan. Karena roda aus ga terjadi dalam waktu semalam, dan dibuktikan dengan PT LRT Jabodebek yang sudah memesan roda jauh-jauh hari sebelum resmi beroperasi.

    Pertanyaannya adalah PT Adhi Karya selaku kontraktor bagian kontruksi dan DJKA apakah tidak melakukan Quality Control dan Quality Assurance? Kenapa bisa diresmikan kalau masih ada masalah yang harus diatasi? Apakah harus dikejar dan diresmikan agar bisa menyesuaikan jadwal operasional Kereta Cepat Jakarta Bandung walaupun sebenarnya kondisinya belum siap?

    Cost over run, Ego politik, Jadwal sempit dan tidak profesionalnya institusi terkait yang harus dikejar operasional tanpa memperdulikan bahwa adanya kendala teknis yang belum teratasi, ini yang menyebabkan itu semua terjadi. Saya paham kalaupun di dunia teknik ini masalah kompromi baik dari budget, waktu ataupun spesifikasi, tetapi dari ketiga parameter itu semuanya tidak terlaksana sesuai targetnya.

    Kalau kesalahan hanya di PT INKA seharusnya ada institusi lain yang bisa memberikan periksa, check and balance berlaku. Jadi memang secara sistem semua institusi ini gagal bekerjasama dengan baik. Dengan catatan bahwa akan ada kemungkinan institusi yang sudah bekerja secara prudent dan accountable tapi rusak reputasinya karena satu pihak gagal menyelesaikan tanggung jawabnya. Inilah pihak yang legit untuk mendapatkan evaluasi.

    Balas

Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×