Kereta ApiKolomOpini

[OPINI] Drama LRT Jabodebek: (Gak) Semua Salah INKA!

Depo Jatimulya

LRT Jabodebek
Tempat LRT Jabodebek terparkir di bilangan Cawang UKI | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Kita tarik benang merah masalahnya. Jika ditarik lebih jauh kita akan tiba di hulu masalahnya, Depo Jatimulya. Masalah ini bermula dari pembebasan lahan Depo Jatimulya yang berjalan lambat dan alot. Jadi di sini telunjuk kita arahkan ke Pemerintah Pusat dan Adhi Karya. Apa kesalahan yang mungkin mereka miliki?

Kesalahannya adalah menganggap pembangunan LRTJB akan selancar MRT Jakarta. Padahal beda jauh. Depo Lebak Bulus yang jadi markas sarana MRT Jakarta dibangun di atas lahan milik Pemprov DKI Jakarta yakni bekas Stadion Lebak Bulus dan Terminal Lebak Bulus sehingga pembebasan lahannya jauh lebih mudah. Lain halnya dengan LRTJB yang dibangun di atas lahan milik warga Jatimulya.

Lucunya Pemerintah Pusat dan Adhi Karya baru melakukan pembebasan lahan saat proyek dimulai dengan asumsi bakal semudah MRTJ. Akhirnya apa? Pembangunan depo terhambat karena lahan belum dibebaskan. Rangkaian yang sudah telanjur dibuat akhirnya masuk ke jalur lewat Stasiun Harjamukti, bukan Depo Jatimulya.

Akibatnya apa? Lintas yang seharusnya bisa dipakai maksimal untuk uji dinamis tidak bisa dipakai karena penuh dengan rangkaian yang seharusnya disimpan di depo. Hal itu berakibat pada terbuangnya waktu yang sebenarnya bisa dipakai untuk mencari bug sekaligus bug fixing sehingga tidak dilakukan sambil jalan.

Halaman Selanjutnya: Pemerintah Pusat dan INKA
Halaman Sebelumnya: Pembuka

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Pages ( 2 of 5 ): « Sebelumnya1 2 345Berikutnya »

2 komentar pada “[OPINI] Drama LRT Jabodebek: (Gak) Semua Salah INKA!

  • A Samudra

    Intinya, lagi-lagi pengalaman adalah sebuah harga yang mahal.
    Teringat waktu saya dulu bekerja di industri dan diminta manager asal Singapura untuk membuat alat produksi. Saya bilang, divisi kita belum berpengalaman.
    Jawabannya adalah, kalau kamu belum berpengalaman, jadi kapan kalau kali ini kalian menolak?
    Penting adalah skill dan bekal pengetahuan. Dan satu lagi pengalaman.

    Balas
  • Fendy

    Sebenarnya masalah sudah jelas untuk kasus roda aus, mengingat Permen 60 tahun 2012 juga sudah dijelaskan spesifikasi jalan rel untuk tikungan yang memang harus dilebarkan. Karena roda aus ga terjadi dalam waktu semalam, dan dibuktikan dengan PT LRT Jabodebek yang sudah memesan roda jauh-jauh hari sebelum resmi beroperasi.

    Pertanyaannya adalah PT Adhi Karya selaku kontraktor bagian kontruksi dan DJKA apakah tidak melakukan Quality Control dan Quality Assurance? Kenapa bisa diresmikan kalau masih ada masalah yang harus diatasi? Apakah harus dikejar dan diresmikan agar bisa menyesuaikan jadwal operasional Kereta Cepat Jakarta Bandung walaupun sebenarnya kondisinya belum siap?

    Cost over run, Ego politik, Jadwal sempit dan tidak profesionalnya institusi terkait yang harus dikejar operasional tanpa memperdulikan bahwa adanya kendala teknis yang belum teratasi, ini yang menyebabkan itu semua terjadi. Saya paham kalaupun di dunia teknik ini masalah kompromi baik dari budget, waktu ataupun spesifikasi, tetapi dari ketiga parameter itu semuanya tidak terlaksana sesuai targetnya.

    Kalau kesalahan hanya di PT INKA seharusnya ada institusi lain yang bisa memberikan periksa, check and balance berlaku. Jadi memang secara sistem semua institusi ini gagal bekerjasama dengan baik. Dengan catatan bahwa akan ada kemungkinan institusi yang sudah bekerja secara prudent dan accountable tapi rusak reputasinya karena satu pihak gagal menyelesaikan tanggung jawabnya. Inilah pihak yang legit untuk mendapatkan evaluasi.

    Balas

Tinggalkan komentar...

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

×