[OPINI] Drama LRT Jabodebek: (Gak) Semua Salah INKA!
Penutup
Tapi ya nasi sudah menjadi bubur. Diratapi saja tidak bikin kenyang. Lebih baik tambahkan kecap, ayam, dan kacang. Sebenarnya kalau saya ditanya apakah INKA bisa membuat kereta dengan GoA3 minim masalah saya jawab bisa-bisa saja. Bukan kepedeean ya tapi melihat dari relatif minimnya masalah yang muncul ketika KA Bandara Soekarno Hatta beroperasi solusinya cuma satu: waktu.
Bug fixing itu tidak bisa dilakukan seperti membangun candi dalam semalam. Butuh waktu untuk mencaritahu masalah apa yang dapat muncul dan mencari solusi dari masalah tersebut. Seperti misal KA Bandara Soekarno-Hatta yang juga memakan waktu sekitar beberapa bulan di mana banyak masalah yang ada berhasil diatasi sebelum operasi komersial. Ataupun MRT Jakarta dengan sistem kendali GoA2 sebagai perbandingan yang memakan waktu sekitar 7 bulan dari uji dinamis pertama hingga uji coba mengangkut penumpang. Asalkan jangan dicari sambil jalan. Ruwet yang ada. Jadi masih ada lah secercah harapan.
Dan ngomong-ngomong saya menulis argumen ini berdasarkan pengamatan saya sendiri dan tidak membela siapapun karena ya emang semuanya berperan. Jangan tanya saya gabung partai mana atau nomor berapa karena saya tidak sedang nyaleg. Ditambah jika sudah jelas inti masalahnya tapi tetap kekeuh menyalahkan INKA saya gak ngerti isi otaknya gimana apalagi sampai melahirkan asumsi yang nggak-nggak di masyarakat. Mbuhlah mumet saya.
Demikian dari saya. Salam hormat dari warga negara Teyvat. (RED/BTS)
Halaman Sebelumnya:Â Adhi Karya dan KAI
Intinya, lagi-lagi pengalaman adalah sebuah harga yang mahal.
Teringat waktu saya dulu bekerja di industri dan diminta manager asal Singapura untuk membuat alat produksi. Saya bilang, divisi kita belum berpengalaman.
Jawabannya adalah, kalau kamu belum berpengalaman, jadi kapan kalau kali ini kalian menolak?
Penting adalah skill dan bekal pengetahuan. Dan satu lagi pengalaman.
Sebenarnya masalah sudah jelas untuk kasus roda aus, mengingat Permen 60 tahun 2012 juga sudah dijelaskan spesifikasi jalan rel untuk tikungan yang memang harus dilebarkan. Karena roda aus ga terjadi dalam waktu semalam, dan dibuktikan dengan PT LRT Jabodebek yang sudah memesan roda jauh-jauh hari sebelum resmi beroperasi.
Pertanyaannya adalah PT Adhi Karya selaku kontraktor bagian kontruksi dan DJKA apakah tidak melakukan Quality Control dan Quality Assurance? Kenapa bisa diresmikan kalau masih ada masalah yang harus diatasi? Apakah harus dikejar dan diresmikan agar bisa menyesuaikan jadwal operasional Kereta Cepat Jakarta Bandung walaupun sebenarnya kondisinya belum siap?
Cost over run, Ego politik, Jadwal sempit dan tidak profesionalnya institusi terkait yang harus dikejar operasional tanpa memperdulikan bahwa adanya kendala teknis yang belum teratasi, ini yang menyebabkan itu semua terjadi. Saya paham kalaupun di dunia teknik ini masalah kompromi baik dari budget, waktu ataupun spesifikasi, tetapi dari ketiga parameter itu semuanya tidak terlaksana sesuai targetnya.
Kalau kesalahan hanya di PT INKA seharusnya ada institusi lain yang bisa memberikan periksa, check and balance berlaku. Jadi memang secara sistem semua institusi ini gagal bekerjasama dengan baik. Dengan catatan bahwa akan ada kemungkinan institusi yang sudah bekerja secara prudent dan accountable tapi rusak reputasinya karena satu pihak gagal menyelesaikan tanggung jawabnya. Inilah pihak yang legit untuk mendapatkan evaluasi.