96 Tahun Kereta Rel Listrik di Indonesia, Perjalanan Awal Hingga Masa Kini
Elektrische Staatsspoorwegen (ESS)
Jalur yang paling awal mendapatkan elektrifikasi adalah jalur dari Tanjung Priok menuju Meester Cornelis. Pemilihan ini bukan tanpa sebab. Pada saat itu, frekuensi penumpang di Stasiun Tanjung Priok hampir mencapai 10 juta penumpang per tahun. Meskipun hal itu belum terlalu penting, tetapi jumlah frekuensi wisatawan yang tiba dan berangkat di Batavia melewati Tanjung Priok saat itu melebihi jumlah wisatawan di Amsterdam.
Selain itu, pasar untuk kebutuhan penggunaan kereta rel listrik saat itu belum terlalu terlihat sehingga pemerintah memutuskan untuk melakukan uji coba elektrifikasi di jalur Meester-Cornelis (Jatinegara) hingga Tanjung Priok. Meskipun begitu, pihak yang mengusung ide elektrifikasi seperti kepala teknisi Staatsspoorwegen P. A. Roelofsen dan kawan-kawan ini telah puas karena ide ini dapat diwujudkan. Pada tahun 1922, kontrak untuk pekerjaan pembangunan elektrifikasi telah selesai dan telah masuk tahap pemesanan bahan dan pemesanan lokomotif.
Pada tahun 1923, seiring dengan kerja keras dari P. A. Roelofsen serta keberhasilan elektrifikasi di jalur utama kereta api di negara-negara lain, Pemerintah dan parlemen memutuskan untuk mengelektrifikasi seluruh jalur kereta api milik Staatspoorwegen di Batavia. Pada saat itu elektirifikasi menuju Buitenzorg (Bogor) tertunda akibat pembangunan pembangkit listrik Tjianten (Kratjak) terhenti karena krisis ekonomi.
Pada bulan Juli 1923, pembangunan jaringan listrik aliran atas dilakukan. Pembangunan ini dilakukan dengan cepat dan tanpa stagnasi. Setelah pembangunan jaringan dilakukan, peralatan penunjang elektrik untuk substasiun Ancol dan Jatinegara datang serta dilanjutkan dengan kedatangan lokomotif listrik serta rangkaian kereta rel listrik.
Staatsspoorwegen saat itu mendatangkan empat jenis lokomotif listrik dengan seri 3000, 3100, 3200, dan 3300. Selain empat jenis lokomotif listrik, Staatsspoorwegen juga mendatangkan satu jenis lokomotif akumulator dengan seri 4000 yang digunakan untuk langsiran. Sedangkan untuk KRL, Staatsspoorwegen mendatangkannya dalam tiga kelas layanan, yaitu kelas campuran 1-2, kelas 2, dan kelas 3.
Akhirnya beroperasi
Pada tanggal 24 Desember 1924, jalur elektrifikasi diujicoba untuk pertama kalinya menggunakan kereta rel listrik. Pada tanggal 1 Maret 1925, S. A. Reitsma selaku kepala Staatsspoorwegen menginformasikan kepada kepala inspektur bahwa jalur yang dielektrifikasi telah siap dioperasikan. Untuk memeriahkan pembukaan jalur ini, peresmian diundur hingga tanggal 6 April 1925 yang bertepatan dengan hari ulang tahun Staatsspoorwegen ke-50.
Pada tahun 1926, pembangunan elektrifikasi menuju Buitenzorg (Bogor) dan pembangunan pembangkit listrik Kratjak dilanjutkan kembali. Pada saat yang sama, konsep pembangunan jalur ini telah diberikan kepada Pemerintah Belanda. Di awal tahun 1927, seluruh permintaan barang yang dibutuhkan mulai berdatangan. Pada tanggal 1 Mei 1927, bagian akhir elektirifikasi di kompleks Batavia yakni jalur Manggarai-Weltevreden (Gambir) telah selesai, dan dapat diberikan kepada otoritas terkait yakni ESS (Elektrische Staatsspoorwegen). Di tahun 1930, KRL sudah beroperasi hingga ke Buitenzorg (Bogor).
Halaman Selanjutnya: Era perang dunia ke-II hingga setelah kemerdekaan
Halaman Sebelumnya: Pembuka
Pingback: KAI Uji Coba Kereta Eksekutif dengan Sambungan Tertutup - Railway Enthusiast Digest