Cerita PenulisKolom

Ini Dampak Positif Keberadaan Lokomotif Vintage Livery Terhadap Masyarakat Umum

dampak positif lokomotif vintage livery
Ilustrasi: Lokomotif CC2018331 di Stasiun Kampung Bandan | Foto: Khesya Irwanto

REDigest.web.id – Lokomotif vintage livery telah hadir sejak 28 Februari 2021 lalu. Lokomotif CC2018331 milik Depo Semarang Poncol yang saat itu baru menjalani perawatan akhir 72 bulanan keluar dari Balai Yasa Yogyakarta dengan livery era 1953-1991. Penggunaan livery tersebut merupakan hasil kolaborasi dari KAI dan komunitas pecinta kereta api. Awalnya, lokomotif tersebut hanya beroperasi di wilayah Daop 4 Semarang dan hanya tiga kali beroperasi ke luar wilayahnya. Hal tersebut menjadikan lokomotif ini bernasib sama seperti beberapa lokomotif lainnya macam CC2018348 milik Depo Sidotopo yang hanya beroperasi di wilayahnya sendiri. Sehingga hal ini kemudian menyebabkan istilah region lock populer di kalangan pecinta kereta api. Namun belakangan KAI telah mengoperasikan lokomotif ini berkeliling Pulau Jawa. Hal ini telah memberi dampak positif dari lokomotif ini terhadap masyarakat umum.

Tak terkecuali untuk Moechamad Robi Yulianto (17), pecinta kereta api dari Blitar, Jawa Timur. Saat ini, Blitar termasuk ke dalam wilayah administrasi Daop 7 Madiun. Saat KAI mengumumkan perjalanan KA Matarmaja menggunakan lokomotif vintage livery, Robi berinisiatif memberitahu ayahandanya, Sunarno (71), karena KA favorit ayahandanya tersebut akan menggunakan lokomotif dengan livery yang pernah digunakan di masa muda ayahandanya. Kepada penulis, Robi menuturkan bahwa sang ayahanda memang sering menaiki KA di masa mudanya. Sunarno tersenyum senang saat melihat kiriman media sosial KAI tersebut.

Perjalanan vintage livery memberi dampak positif untuk sang ayahanda

Sunarno (71) berpose di depan lokomotif CC2018331 vintage livery | Foto: Moechamad Robi Yulianto

Robi kemudian terpikir untuk mengajak Sunarno menaiki KA Matarmaja. Akhirnya, Robi pun memesan tiket KA Singasari relasi Blitar-Madiun, dan untuk perjalanan kembalinya KA Matarmaja relasi Madiun-Blitar. Robi bertutur bahwa sang ayahanda sangat bersemangat di hari perjalanan. Bahkan sang ayahanda sudah mengajak untuk segera bertolak ke Stasiun Blitar pukul setengah 3 sore, padahal KA Singasari berangkat dari Blitar menuju Madiun dan Jakarta pukul 16:35 WIB.

Di dalam KA Singasari, Robi mengajak Sunarno berjalan-jalan di atas rangkaian kereta. Robi juga mengenalkan kereta kelas eksekutif kepada sang ayahanda. Menurut Robi, sang ayahanda senang menaiki kereta kelas eksekutif walaupun hanya sampai Madiun. “Wah keretanya dingin ya, kacanya besar-besar jadi bisa melihat pemandangan bagus di luar”, tutur Sunarno pada Robi seperti yang ia ceritakan kepada penulis.

Di Stasiun Madiun, Robi juga mengajak Sunarno untuk melihat lokomotif uap C2606 dan pabrik INKA sembari menunggu kedatangan KA Matarmaja. Akhirnya, KA Matarmaja dari Jakarta pun tiba di Madiun. Sunarno pun meminjam ponsel Robi untuk merekam lokomotif CC2018331 vintage livery. Setelah itu, Robi mengajak sang ayahanda ke depan untuk berfoto bersama lokomotif CC2018331. “Wah, ini warna kepalanya (lokomotifnya) warna zaman dulu. Bagus ya warna kuning-hijau, persis kayak kepala (lokomotif) yang dipajang di depan stasiun”, tutur Sunarno kepada Robi sambil tertawa bahagia dan memegang lokomotifnya. “Besok lagi kalau kepalanya (lokomotifnya) begini lagi, kita naik sampai Jakarta ya”, pinta sang ayahanda.

Menurut Robi, sang ayahanda puas dapat melihat langsung lokomotif dengan livery seperti di masa mudanya dulu. Sang ayahanda juga bertutur bahwa lokomotif dengan warna seperti ini lebih sedap untuk dipandang. Baik Robi maupun Sunarno sama-sama ingin menaiki KA dengan lokomotif vintage livery di lain waktu.

Berharap KAI tambah lokomotif vintage livery

Tak hanya Sunarno, di belakangnya juga terdapat kru KA Matarmaja sedang berfoto bersama lokomotif CC2018331 vintage livery. Kehadiran lokomotif vintage livery yang beroperasi secara reguler ke seluruh wilayah operasi KAI jelas memberi dampak positif kepada semua kalangan, baik itu kalangan umum (masyarakat) maupun kalangan khusus (pecinta KA dan pegawai KA). | Foto: Moechamad Robi Yulianto

Kepada penulis, Robi juga menuturkan harapannya untuk KAI terhadap lokomotif vintage livery. Robi menginginkan lokomotif vintage livery agar bisa terus roadshow ke seluruh wilayah Pulau Jawa secara reguler karena telah terbukti memberi dampak positif kepada sang ayahanda. Robi juga berharap kepada KAI untuk menambah jumlah unit lokomotif vintage livery di Pulau Jawa. Menurutnya livery “cendol dawet” (livery krem-hijau 1953-1991) lebih sedap dipandang dibanding dengan livery lain yang saat ini digunakan.

Harapan Robi ini bukanlah satu-satunya harapan, karena banyak pecinta kereta api lain di Pulau Jawa yang juga menginginkan agar jumlah unit lokomotif vintage livery bertambah lebih merata ke seluruh Daop yang ada. Apalagi tahun 2022 pun akan bertepatan dengan momen perayaan 45 tahun lokomotif CC201 produksi 1977 dan 30 tahun lokomotif CC201 produksi 1992.

Selain pengalaman Robi dan Sunarno di atas, dampak positif keberadaan lokomotif vintage livery juga telah dirasakan di Daop 6 Yogyakarta dan Daop 8 Surabaya. Di Yogyakarta, beberapa sumber mengatakan seorang ayahanda telah mengajarkan pada anaknya “Warna lokomotif itu sama kayak di zaman bapak kecil dulu” saat lokomotif CC2018331 akan melakukan uji coba lintas. Sementara itu di Surabaya, seorang ibu penjaga perlintasan liar terperangah saat lokomotif CC2018331 lewat di depannya, juga menurut beberapa sumber. “Wah, sekarang ada lagi lokomotif yang warnanya kayak zaman dulu begini?” tutur ibu tersebut. (RED/MPF)

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


2 komentar pada “Ini Dampak Positif Keberadaan Lokomotif Vintage Livery Terhadap Masyarakat Umum

Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×