[OPINI] Lokomotif “Vintage Livery”, Tapi Kok Kena “Region Lock”?
REDigest.web.id – Kehadiran lokomotif CC2018331 sebagai lokomotif dengan vintage livery sontak mengundang sambutan positif dari berbagai kalangan. Tidak terkecuali kalangan pecinta KA. Sontak kehadiran hal yang begitu segar di dunia perkeretaapian Indonesia ini mencetuskan banyak harapan. Tidak jarang pecinta kereta api yang berharap KAI memperbanyak vintage livery pada lokomotif CC201 atau kelas lokomotif lainnya. Sebagian juga berharap agar lokomotif CC2018331 vintage livery dapat beroperasi berkeliling Pulau Jawa tanpa terkena region lock seperti pada beberapa lokomotif lainnya.
Namun hanya dalam beberapa bulan, harapan-harapan itu banyak yang kemudian menjadi harapan kosong belaka. Pemilik lokomotif, Depo Lokomotif Semarang Poncol, hanya mengizinkan lokomotif CC2018331 beroperasi dengan tugas ringan. Tugas ringan yang dimaksud adalah sekedar langsiran dengan yang terberat adalah menghela KA Kaligung.
Tercatat lokomotif ini hanya beroperasi di luar wilayah Daop 4 Semarang sebanyak tiga kali sejak menjadi lokomotif vintage livery. Pertama yaitu ketika pulang dari Balai Yasa Yogyakarta ke Semarang dengan menjadi lokomotif traksi ganda KA Mawalo Tanker dari Rewulu ke Solo Balapan, lalu keesokan harinya menghela KA Joglosemarkerto, itupun di Semarang lokomotif tersebut dilepas dan diganti lokomotif lain. Dan kedua yaitu ketika menghela KLB kirim rangkaian gerbong selesai perawatan Balai Yasa Tegal ke wilayah Daop 8 Surabaya.
Sempat hampir tiga kali lokomotif ini keluar dari wilayah Daop 4 Semarang dan lagi-lagi ke Daop 8 Surabaya. Namun sebelum hal itu terjadi, Depo Lokomotif Semarang Poncol “menilang” lokomotif ini dan menukarnya dengan lokomotif lain. Namun, kali ketiga itu akhirnya terjadi pada Minggu (15/9), dengan tugas yang sama yaitu menghela KLB kirim rangkaian gerbong selesai perawatan Balai Yasa Tegal ke wilayah Daop 8 Surabaya. Lokomotif ini langsung dikembalikan ke Daop 4 Semarang dengan KLB yang sama. Namun setibanya di Semarang lokomotif ini kembali ditukar dengan lokomotif lain.
Misi dari vintage livery
Salah satu misi dari persetujuan KAI terhadap proposal vintage livery oleh komunitas pecinta kereta api adalah untuk mengenalkan sejarah perkeretaapian Indonesia kepada pengguna jasa KA. Dengan keberadaan lokomotif vintage livery ini diharapkan pengguna muda dapat teredukasi dengan sejarah perkeretaapian Indonesia. Sedangkan pengguna yang lebih tua dapat bernostalgia dengan keberadaan vintage livery, di mana livery ini tentunya pernah menghiasi masa muda mereka.
Buat pecinta kereta api, keberadaan lokomotif vintage livery tentu merupakan bahan untuk konten media sosial maupun situs-situs pengunggahan video seperti YouTube. Selain itu juga keberadaan lokomotif vintage livery menjadi bahan untuk produksi merchandise seperti yang telah dilakukan beberapa toko daring yang menjual merchandise berbau kereta api. Tak terkecuali kami di Railway Enthusiast Digest, kami pun pernah beberapa kali menjadikan lokomotif vintage livery sebagai bahan untuk artikel kami sejak awal kemunculannya.
Misi ini tentu saja sangat positif. Nyatanya dari pantauan kami di beberapa grup di jejaring sosial Facebook, banyak kalangan yang menyambut positif kehadiran lokomotif CC2018331. Banyak kalangan yang lebih tua langsung bernostalgia dengan keberadaan lokomotif ini. Tak sedikit yang langsung terlintas masa-masa hingga tahun 1992, tahun terakhir livery krem-hijau digunakan secara resmi oleh KAI yang saat itu baru berganti nama dari PJKA menjadi Perumka. Sehingga, niat awal menghadirkan vintage livery sudah tersampaikan.
Tapi kena region lock, jadi penyampaian misi vintage livery sudah maksimal belum?
Dalam perjalanannya di mana lokomotif ini lebih sering kena region lock dibanding “dibebaskan” untuk berkelana, penyampaian misi vintage livery menjadi tidak maksimal. Sebelum pemberlakuan PPKM Darurat dan kemudian PPKM Level 1-4 yang membatalkan banyak perjalanan KA, pengguna jasa KA yang diberi kesempatan bernostalgia hanyalah pengguna KA Kaligung saja, dan tidak begitu dengan pengguna jasa KA lain. Masyarakat yang melihat pun juga tidak luas karena seringnya region lock diterapkan.
Keluh kesah di kalangan pecinta KA pun mulai bermunculan. Di jejaring sosial Facebook pun banyak yang akhirnya bersuara keluh kesah, bahkan kadang sampai bernada nyinyir. Lokomotif ini sendiri memang belum pernah berkunjung ke Daop selain Daop 4, 6, dan 8. Padahal sekali kesempatan lokomotif ini pernah diinapkan di Depo Lokomotif Tegal dan bisa saja diatur untuk menghela KA Tegal Ekspres keesokan harinya. Namun hal itu urung dilakukan dan lagi-lagi pihak terkait menugaskan lokomotif tersebut untuk menghela KA Kaligung.
Padahal, sebelum pemerintah memberlakukan PPKM Darurat dan PPKM Level 1-4, lebih banyak KA reguler yang berjalan walaupun tetap tidak terlalu mudah untuk menaiki KA dengan berbagai persyaratannya. Tidak selalu tersedianya ongkos untuk pergi ke Semarang juga yang mendasari keluh kesah banyak pecinta kereta api yang ingin agar lokomotif CC2018331 dapat dioperasikan berkeliling Pulau Jawa sebagaimana banyaknya lokomotif CC201 lainnya.
Dibanding dengan CC2018331, lokomotif CC201 milik Depo Lokomotif Cipinang, Purwokerto, Yogyakarta, Madiun, dan Sidotopo tercatat cukup sering beroperasi keluar dari wilayahnya, bahkan menghela KA-KA milik Daop lain yang tidak menyentuh Daopnya sendiri. Meski demikian, Sidotopo juga diduga memberlakukan region lock pada beberapa lokomotif yang akan dijelaskan belakangan.
Lokomotif ini juga “kalah” dengan lokomotif CC2017723 milik Depo Lokomotif Bandung. Lokomotif yang pada masa HUT ke-76 RI menjadi lokomotif spesial karena menjadi satu-satunya lokomotif CC201 dengan wrapping tematik HUT ke-76 RI ini “dilepasliarkan” oleh Bandung ke Jakarta setelah menjadi lokomotif pengganti untuk KA Serayu Malam, Selasa (7/9). Cipinang kemudian menugaskan lokomotif ini untuk menghela KA Dharmawangsa ke Surabaya, Kamis (9/9). Sebelumnya lokomotif ini juga pernah ditugaskan menghela KA Argo Parahyangan dari Bandung, walau pada saat itu lokomotif ini belum menjadi lokomotif tematik spesial.
Region lock ternyata lumrah dilakukan, tak hanya kali ini pada lokomotif vintage livery
Usut punya usut, region lock untuk lokomotif tertentu ternyata lumrah dilakukan di Pulau Jawa oleh masing-masing depo lokomotif di bawah tanggung jawab KAI. Biasanya lokomotif yang kena region lock adalah lokomotif yang dispesialkan oleh depo lokomotif tersebut.
Lokomotif mutasi dari Sumatera tahun 2012
Saat lokomotif CC2019212 baru kembali ke pelukan Depo Lokomotif Jatinegara setelah merantau ke Depo Lokomotif Kertapati di Palembang, Sumatera Selatan selama beberapa tahun, lokomotif ini juga terkena region lock. Oleh Jatinegara, lokomotif yang pada saat itu masih mengenakan livery merah-biru Perumka yang tetap dikenakan pada lokomotif CC201 oleh Balai Yasa Lahat ini hanya ditugaskan menghela KA Lokal tujuan Rangkasbitung atau Merak, dan hampir tidak ditugaskan menghela KA lain.
Berbeda dengan lima lokomotif lainnya yang juga dikirim ke Pulau Jawa dari Kertapati atau Tanjung Karang yang dialokasikan ke Depo Lokomotif Sidotopo. Kelima lokomotif ini justru malah sering melanglangbuana di lintas Pantura menghela KA petikemas. Hal ini bertahan hingga kedatangan lokomotif CC206 yang kemudian menjadikan mereka mulai terkena region lock sebagai lokomotif spesialis KA lokal Jawa Timur. Walau sesekali lokomotif-lokomotif tersebut tetap ditugaskan menghela KA jarak jauh, seperti lokomotif CC2019211 yang pernah menghela KA Malabar.
Region lock pada keenam lokomotif ini baru mulai berkurang bahkan hampir hilang setelah berubah warna menjadi putih setelah perawatan besar di Balai Yasa Yogyakarta. Lokomotif CC2019212 misalnya, segera setelah menjadi putih langsung sering dioperasikan sebagai penghela KA jarak jauh oleh Jatinegara dan kini Cipinang. Jarak jelajahnya bertambah pesat.
Pun begitu lokomotif CC2018349 dan CC2018353, keduanya pernah menjadi penghela KA Argo di mana CC2018349 pernah menghela KA Argo Wilis dan CC2018353 pernah menjadi penghela KA Argo Parahyangan. Lokomotif CC2018354 juga cukup sering menghela KA jarak jauh seperti KA Matarmaja, di mana penulis pada tahun 2013 beruntung menaiki KA Matarmaja yang dihela lokomotif ini yang baru saja memutih. Begitu pula CC2018348, pernah dioperasikan menghela KA-KA seperti Tegal Arum dan Kutojaya Utara.
Lokomotif CC2018348 dan CC2018349 memiliki bentuk kabin seperti lokomotif CC203 yang menjadikannya unik. Sehingga kedua lokomotif ini menjadi unit spesial milik Sidotopo. Setelah kecelakaan KA Sancaka di Kedungbanteng mana lokomotif CC2018349 sebagai lokomotif penghelanya, Sidotopo seolah memberi region lock pada lokomotif CC2018348 di mana Sidotopo menjadi lebih sering mengoperasikan lokomotif ini sebagai lokomotif langsir. Bahkan lokomotif CC201 keluaran 1977 yang nyatanya lebih tua dari lokomotif CC2018348 lebih sering dioperasikan menghela KA jarak jauh oleh Sidotopo.
Namun setelah menjalani perawatan 72 bulanan di Balai Yasa Yogyakarta beberapa bulan lalu, CC2018348 sempat beberapa kali ditugaskan menghela KA jarak jauh sebelum akhirnya kembali ditugaskan menghela KA lokal atau menjadi lokomotif langsir di wilayah Daop 8 Surabaya. 1 September lalu lokomotif ini ditugaskan menghela KA Sri Tanjung ke Lempuyangan, dan setelahnya masuk Balai Yasa Yogyakarta kembali.
Depo Jember
Tiga dari lima lokomotif eks Sumatera milik Sidotopo kemudian bertahap dimutasi ke Jember. Secara alami, operasional lokomotif milik Jember memang pasti akan mengalami region lock. Jember hanya memiliki operasional KA Sri Tanjung, Probowangi, dan Tawang Alun yang keluar dari wilayahnya dan dapat menggunakan lokomotif CC201. KA Mutiara Timur walaupun keluar dari wilayah Daop 9 Jember, namun biasanya menggunakan lokomotif CC203 atau bahkan CC206. Meski demikian, terkadang lokomotif CC201 milik Jember bisa “tersasar” jauh dari wilayahnya, seperti Jakarta dan Bandung.
Terkadang lokomotif CC203 milik Jember pun dapat saja “tersasar” jauh seperti lokomotif CC201 milik depo yang sama. Baik CC2039802 maupun CC2039812 sama-sama pernah berkelana jauh dari Jember ke Jakarta dan Bandung.
Depo Bandung dan Cirebon
Lokomotif CC201 milik Bandung dan Cirebon pada saat ini juga menghadapi region lock. Cirebon tidak memiliki operasional jarak jauh untuk lokomotif CC201. Operasional lokomotif CC201 milik Cirebon saat ini hanya untuk langsiran atau lokomotif standby. Sehingga keluarnya lokomotif CC201 milik Cirebon dari wilayahnya bisa dibilang sudah langka. Namun hal tersebut masih dapat terjadi jika lokomotif-lokomotif tersebut ditugaskan menghela KA Ranggajati menuju Jember.
Sementara itu Bandung hanya memiliki operasional KA lokal BandungĀ Raya, Cibatu, Walahar, Jatiluhur, dan langsiran untuk lokomotif CC201. Operasional lokomotif CC201 untuk KA-KA ekonomi jarak jauh dari Bandung ke arah timur seperti Pasundan dan Kahuripan kini sudah tergantikan dengan lokomotif CC203. Sehingga secara alamiah lokomotif CC201 milik Bandung pun akan terkena region lock dan hanya akan keluar dari wilayah Daop 2 Bandung sepanjang Cikampek hingga Cikarang. Yang terjadi pada CC2017723 mulai Selasa (7/9) lalu merupakan kesempatan khusus yang boleh dibilang sudah langka.
Bagaimana supaya misi vintage livery tersampaikan dengan maksimal? Apakah region lock harus dihilangkan?
Salah satu cara yang dapat memaksimalkan hal-hal seperti misi vintage livery ini tentunya adalah lewat keseriusan KAI dalam misi ini. Seperti misalnya menghilangkan hal-hal seperti region lock dari operasional lokomotif. Lewat menghilangkan region lock, lokomotif vintage livery dapat beroperasi jauh dari wilayahnya sehingga misi dari vintage livery dapat disampaikan lebih baik kepada masyarakat. Pandemi pun bukan halangan, pada saat pembatasan-pembatasan sosial masyarakat sudah dilonggarkan, KAI juga dapat kembali mengoperasikan lebih banyak KA jarak jauh dengan persyaratan yang mungkin ditetapkan pemerintah lebih longgar.
KAI juga dapat menambah jumlah lokomotif dengan vintage livery. Memang ada kabar baik karena KAI juga telah menerapkan vintage livery pada lokomotif CC202. Bahkan KAI langsung menerapkan vintage livery pada tiga lokomotif CC202, yaitu CC2028609, CC2029002, dan CC2020807. CC2020807 pun sejatinya bukan lokomotif yang sedari awal menggunakan livery krem-hijau.
Melihat yang KAI lakukan pada lokomotif CC2020807, penulis berpandangan bahwa KAI tidak harus terpaku dengan lokomotif CC201 dan CC202 untuk penerapan vintage livery. Vintage livery juga dapat diterapkan di kelas lokomotif lainnya yang lebih modern baik itu CC203, CC204, dan CC206 untuk Pulau Jawa, maupun CC204, CC205, dan CC206 di Pulau Sumatera. Penerapan vintage livery pada lokomotif modern lumrah dilakukan di luar negeri, walau mungkin akan ada saja yang beranggapan bahwa vintage livery tidak cocok diterapkan pada lokomotif modern. Perihal penggunaan vintage livery pada lokomotif modern di seluruh dunia telah kami jelaskan pada artikel kami sebelumnya di pranala ini.
Dari perbincangan penulis dengan banyak pecinta KA di Pulau Jawa baik di aplikasi perpesanan daring maupun jejaring sosial, tidak sedikit yang mengharapkan KAI menerapkan vintage livery pada minimal satu dari setiap lokomotif di masing-masing depo lokomotif. Jika KAI membaca keinginan ini dan mewujudkannya, maka Pulau Jawa akan memiliki 10 unit lokomotif vintage livery yang dapat dioperasikan di jalur utama menghela KA jarak jauh di 10 depo lokomotif yang ada. Dengan hal ini, region lock akan menjadi minimal bahkan hilang. Hal ini juga kemudian dapat diterapkan di Pulau Sumatera, di mana masing-masing depo juga memiliki lokomotif vintage livery. Khusus untuk Sumatera bagian selatan vintage livery dapat diterapkan pada beberapa unit lokomotif dengan kelas yang sama karena operasionalnya yang selalu berpasangan.
Dengan kedua hal ini, penulis berpandangan bahwa misi dari vintage livery akan lebih tersampaikan secara maksimal kepada khalayak, baik khalayak umum (pengguna jasa KA) maupun khalayak khusus (pecinta KA). Tentunya lokomotif vintage livery akan lebih mudah dijumpai di lintasan KA dan akan lebih banyak dilihat oleh masyarakat jika penerapan region lock pada lokomotif tertentu dihilangkan.
Lebih baik lagi apabila jumlah lokomotif vintage livery ditambah dan bukan hanya sekedar menghilangkan region lock. Misalnya seperti yang penulis katakan yaitu per depo lokomotif ada satu unit lokomotif vintage livery yang dapat dioperasikan di main line menghela KA jarak jauh. Semakin banyak jumlah lokomotif vintage livery, maka semakin besar juga kesempatan untuk masyarakat menjumpai atau menaiki KA yang ditarik lokomotif tersebut. Semakin maksimal pula penyampaian misi vintage livery kepada khalayak. (RED/MPF)
Artikel ini adalah opini dari Penulis sebagai anggota Tim REDaksi. Penulisan opini ini tidak mewakilkan pandangan resmi dari keseluruhan Tim REDaksi.
Sangat mewakili keresahan para pecinta persepuran Indonesia
Akhirnya sekarang udah agak dibebaskan dinesannya
Coba aja PT KAI-C ngecat salah satu KRLnya pake livery vintage, pake livery Rheostatik era PERUMKA misalnya, kan mantap tuh.
Mungkin nanti pas 100 tahunan KRL Jabodetabek bisa diterapkan
Pingback: Tour de Vintage Leg Kedua, Lokomotif CC2018331 Sambangi Banyuwangi - Railway Enthusiast Digest
Pingback: Jadi Vintage Kedua di Jawa, Ini Progres Pengecatan Lokomotif CC2018334
Pingback: Ini Dampak Positif Keberadaan Lokomotif Vintage Livery Terhadap Masyarakat Umum - Railway Enthusiast Digest
Pingback: KAI dan Pecinta Kereta Api Rayakan Satu Tahun Lokomotif "Vintage Livery"