[OPINI] 77 Tahun KAI: Teruslah Bangkit, Teruslah Lebih Cepat, Teruslah Lebih Baik
Kesuksesan Open House dan Perluasan Preservasi
Kesuksesan Open House
Acara open house KAI yang telah sukses berlangsung di tiga balai yasa, yakni di Yogyakarta, Surabaya Gubeng, dan Manggarai merupakan catatan positif dalam menyambut ulang tahun ke-77nya. Tidak seperti biasanya di mana acara open house ini berupa undangan, kini publik pun dapat menikmatinya secara bebas. Cukup dengan mendaftarkan diri di alamat web yang KAI sediakan, publik dapat langsung mengikuti acara ini.
Acara ini pun juga berlangsung dengan cukup meriah dan baik. Banyak penjelasan akan komponen sarana kereta api serta proses perawatannya yang cukup mendetail. Selain itu, berbagai jenis sarana juga KAI pamerkan dan bahkan dapat pengunjung jajal. Seperti misalnya di Yogyakarta ada lokomotif vintage livery CC2019201, KA Inspeksi 3, dan lainnya. Lalu di Surabaya Gubeng ada Kereta Panoramic, dan di Manggarai ada lokomotif listrik Bonbon, Kereta Djoko Kendil, Kereta Dinamometer, dan lainnya.
Tim REDaksi berharap kesuksesan acara ini dapat berkembang ke skala-skala lainnya. Seperti misalnya open house di depo-depo induk lokomotif, misalnya Cipinang, Tanah Abang, Bandung, dan lainnya. Selain itu, juga tentu saja open house ke tempat perawatan anak usaha KAI, terutama KAI Commuter. Menurut Tim REDaksi, acara open house di depo terutama depo KRL dapat memperluas jangkauan grup KAI ke masyarakat. Terlebih untuk KRL karena tidak sedikit masyarakat yang bersentuhan langsung dengan KRL dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Preservasi Sarana Non-Uap
Sesungguhnya KAI telah mencoba melakukan preservasi sarana lokomotif diesel di Stasiun Ambarawa dan Tuntang. Terdapat lokomotif BB20008 di Stasiun Tuntang, dan lokomotif CC20015 di Stasiun Ambarawa. Meski demikian, banyak dari pecinta kereta api yang masih mendambakan upaya yang lebih serius untuk melakukan preservasi sarana non lokomotif uap.
Sarana seperti ini sendiri sesungguhnya sangat banyak jumlahnya. Sebut saja lokomotif diesel yang sudah tidak berdinas, ataupun kereta penumpang, KRD, dan KRL yang juga sudah tidak berdinas. Sebut saja di antaranya KRLI Prajayana, kereta eks Argo Bromo Anggrek, lokomotif BB20113 di Semarang Poncol, lokomotif BB204 di Stasiun Solok, KRD MCW301 yang sudah tidak berdinas, dan masih banyak lagi. Tidak sedikit dari sarana-sarana ini yang sebenarnya juga berperan dalam kemajuan perkeretaapian Indonesia. Tim REDaksi menilai preservasi sejarah sudah tidak lagi harus berpatokan bahwa objek yang mendapat preservasi harus antik.
Memang KAI telah melakukan sejumlah upaya preservasi di berbagai tempat, seperti misalnya sejumlah monumen lokomotif D301 di Semarang Tawang, Tegal, Cirebon, dan Yogyakarta, penempatan lokomotif BB20008 di Tuntang, dan penempatan lokomotif BB20103 di BPPT Darman Prasetyo. Meski demikian, tidak ada salahnya jika KAI mau berupaya lebih.
Salah satu yang Tim REDaksi nilai dapat KAI pertimbangkan adalah membuat museum khusus sarana lokomotif diesel, KRD, dan KRL. Tujuan dari hal ini adalah agar dapat memberi tempat yang dapat secara terdedikasi menyimpan koleksi sarana kereta non-uap di Indonesia. Harapannya, publik akan lebih memahami kalau selama perjalanan KAI juga banyak sarana-sarana seperti ini yang pernah menjadi bagian perkeretaapian Indonesia.
Halaman Selanjutnya: Makin Serius Menggaet Pasar Milenial
Halaman Sebelumnya: Kesuksesan Open House dan Preservasi